"Sukseskan"
Golput (non-voter) atau golongan putih alias golongan tanpa pilihan menjadi dilema di pemilu dan pilkada di Indonesia, bahkan golput selalu menjadi pemenang pemilu dan pilkada di Indonesia belakangan ini. Seperti belum lama berselang pada pilkada di Jawa Barat dan Sumatera Utara, dimana golput di pilkada Jawa Barat sekitar 35% dan golput di pilkada Sumatera Utara sekitar 50%.
Bila melihat angka golput dari tahun ke tahun sangatlah mengkhawatirkan, karena ini terjadi di era demokrasi yang lebih maju. Apa sebenarnya yang menjadi motivasi golput itu ? Kenapa di era orde lama dan orde baru golput tidak lebih dari 10%, sedangkan saat ini angka golput semakin tinggi dan mencemaskan ? Dan kemudian hanya sekali terjadi tingkat golput dibawah 10% hanya pada pemilu 1999, yaitu saat perubahan era orde baru ke era reformasi. Namun, semakin kesini golput di pemilu dan pilkada di Indonesia semakin subur.
Dilema golput ini memang bukan permasalahan baru diajang pemilu dari tahun 1955 hingga saat ini, namun yang jadi permasalahannya adalah semakin tingginya angka golput setelah pemilu 1999. Sepertinya ada yang salah, hingga masyarakat memilih golput dan bahkan mengabaikan pada yang berbau 'politik'. Bila ketidakpercayaan sudah lebih dominan dari pada yang masih mempercayai politik di Indonesia ini, lalu bagaimana proses pembangunan dan sebagainya bisa berjalan dengan baik? Bila golput adalah suatu kesalahan, berarti harus ada yang bertanggung jawab. lalu siapa yang bertanggung jawab itu? Apakah masyarakat golput atau partai politik sebagai peran utama politik di Indonesia ini?
Bila melihat angka golput dari tahun ke tahun sangatlah mengkhawatirkan, karena ini terjadi di era demokrasi yang lebih maju. Apa sebenarnya yang menjadi motivasi golput itu ? Kenapa di era orde lama dan orde baru golput tidak lebih dari 10%, sedangkan saat ini angka golput semakin tinggi dan mencemaskan ? Dan kemudian hanya sekali terjadi tingkat golput dibawah 10% hanya pada pemilu 1999, yaitu saat perubahan era orde baru ke era reformasi. Namun, semakin kesini golput di pemilu dan pilkada di Indonesia semakin subur.
Dilema golput ini memang bukan permasalahan baru diajang pemilu dari tahun 1955 hingga saat ini, namun yang jadi permasalahannya adalah semakin tingginya angka golput setelah pemilu 1999. Sepertinya ada yang salah, hingga masyarakat memilih golput dan bahkan mengabaikan pada yang berbau 'politik'. Bila ketidakpercayaan sudah lebih dominan dari pada yang masih mempercayai politik di Indonesia ini, lalu bagaimana proses pembangunan dan sebagainya bisa berjalan dengan baik? Bila golput adalah suatu kesalahan, berarti harus ada yang bertanggung jawab. lalu siapa yang bertanggung jawab itu? Apakah masyarakat golput atau partai politik sebagai peran utama politik di Indonesia ini?
Dengan tingginya angka golput ini sebenarnya menguntungkan partai politik yang soliditasnya baik, karena partai poltik yang solid ini telah memiliki pendukung tetap dan bukan pendukung mengambang atau pendukung duit. Tapi akhirnya partai lain menyadari hal tersebut dan membuat persaingan jadi kurang sehat, partai politik kaya akan membuka gudang duitnya untuk menarik simpati para pendukungnya. Hasilnya memang untuk partai yang soliditasnya baik perolehan suaranya akan stabil, tapi tidak lebih baik dibanding yang menggunakan trik plus-plus dalam berkampanye. Hal inilah yang kemundian semakin disadari oelh masyarkat di Indonesia, sadar setelah melihat banyak dari mereka itu ternyata minor alias korupsi setelah didukung. Ya balik lagi akhirnya dilema golput menjadi bayangan hitam dipemilu atau pilkada di Indonesia.
Kalau partai politik sebagai motor penggerak pembangunan di Indonesia tidak menyadari, bertindak dan memperbaiki, serta hanya memikirkan kemenangan, kemungkinan golput akan selalu menjadi pemenang dalam setiap pemilu dan pilkada di negeri ini. Bagaimana pembangunan negeri ini berjalan dengan mulus dan sukses, bila legitimasi rakyat terhadap para wakil-wakilnya di legislatif dan eksekutif itu kecil? Memang sih ga ngaruh dan sah secara hukum bagi mereka yang terpilih itu, tapi apa ga malu bila terpilih bukan oleh pilihan masyakarat pemilih. Lebih baik partai politik introspeksi dan melakukan perbaikan dibanding menyalahkan masyarakat golput, karena golput terjadi bukan tanpa sebab.
apakah golput yang lebih dari 50%, pemerintahan dapat dihilangkan???
ReplyDelete