Kala Bendu, Kala Tido, Kala Subo
Belumlah hilang dari ingatan kita akan bencana alam gempa bumi , tsunami dan berbagai bentuk bencana lainnya yang meluluhlantakkan berbagai wilayah di Indonesia dan belum selesai dalam merenovasi dan memperbaiki puing puing kerusakan sudah disusul dengan bencana yang lainnya.
Pertanyaan besar yang muncul adalah benarkah ini sudah skenario Yang Maha Kuasa?
Benarkah akan berlaku sunnatullah sebagaimana yang telah berlaku pada zaman para Nabi dan Rasul terdahulu. menghancurkan dengan sehancur hancurnya yang batil dengan munculnya Pengadilan Ghaib dengan Kun Fayakun-Nya melenyapkan semua yang tidak sekehendak dengan-Nya. menghancurkan tatanan yang sudah dianggap baku dan benar akan tetapi kenyataannya salah dihadapan Allah.
Melenyapkan bentuk kehidupan yang selalu mengumbar hawa nafsu dan syahwat. Memburu kenikmatan dunia yang justru menjerumuskan pada bentuk kehidupan yang dimurkai Allah. Dunia sudah dipenuhi dengan kezaliman, penuh dengan kebohongan, tipu muslihat.
Diganti dengan jaman yang penduduknya hanya beribadah dan memaksa dirinya (nafsunya, red) untuk selalu sejalan dengan kehendak-Nya.
Kalau benar demikian adanya, sungguh memang sudah sesuai keadaan yang ada bila disamakan dengan bentuk kehidupan umat-umat para nabi jaman dahulu yang dihancurkan oleh Allah, sebagaimana umat Nabi Nuh, Umat Nabi Daud dan Nabi-Nabi yang lain.
Ketika hati sudah ditutup dan digelapkan dengan angan-angan dunia yang banyak mengajak pada kerusakan di bumi. Watak yang sombong, merasa paling benar sehingga acuh dengan kebenaran yang sebenarnya datang dari Yang Maha Kuasa. Sifat dengki, iri mudah tersinggung, mudah salah paham tetap dipelihara yang akhirnya mudah menyalahkan, saling memfitnah dan membunuh.
Tuhan yang yang Alloh Asmanya itu, yang keberadaannya dekat sekali
dalam rasa hati meliputi dan menyertai hamba-hambanya, mempunyai hak untuk dikenali, diingat-ingat dan dijadikan tujuan untuk kembali.
Selalu dijadikan tempat untuk mengharap rahmat dan ridlo-Nya, ngumawulo
(menghamba, red.), berserah diri lahir dan batin dengan sepenuhnya.
Karena hanya disisi-Nya lah sebaik baik tempat kembali. Tidak dijadikan
alat kaki (bagi nafsunya, red). Yang hal tersebut akan mengakibatkan
murkanya Allah SWT.
Semoga kita termasuk hamba yang diselamatkan-Nya.
Amien.
Dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment