Nama Anas Urbaningrum mantan ketua Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu masih menjadi gunjingan yang populer sampai detik ini. sebagai rakyat rendahan yang tidak mengerti apa-apa benar-benar bingung melihat tingkah anak Bangsa ini. Mereka main cakar-cakaran secara terbuka, sikut sana sikut sini, tuding sana, hantam sini, anehnya lagi semua mereka mengatakan ia kuat. Untuk membuktikan prahara ini tidaklah sulit, lihatlah diberbagai media televisi, Koran, majalah dan media lainnya. Jika anda mau tau perkembangan prahara ini tiap menit dan bahkan detik silakan kunjungi media online, di sana segala berita terkini tersaji dengan baik. Yang lebih ajaibnya lagi, semua orang minta didengar pendapatnya, semua orang berkata benar, semua orang beragumentasi, dan terkadang juga ada kesan sedikit memaksa untuk diterima hasil pikirannya. Sampai kapan peristiwa ini akan surut?. Tidak satupun yang bisa menakar kapan berakhirnya gunjingan Nasional yang berkaitan dengan Anas ini.
Pernyataan Anas tentang “ini baru halaman pertama”, yang ia sampaikan ketika ia menyatakan berhenti sebagai ketua umum Demokrat telah menjadi isu yang menggiurkan, terutama bagi orang yang selama ini memposisikan dirinya sebagai oposisi dan ketidaksukaan mereka pada rezim yang berjalan ini. Di sisi lain lambannya Anas mengungkap halaman berikutnya yang entah dilengkapi data atau tidak seperti disengaja. Anas itu memang cerdas memainkan pikiran banyak orang. Dan ia menegaskan pada publi bahwa ia tidak mau sendirian, Ia (sedikit) licik. Bayangkan saja, bertahannya ia di halaman pertama, tanpa kita sadari dia telah menggiring agar publik berdiri berdampingan dengan dia. Strategi Anas itu memang jitu. Bola liar ini sengaja digelindingkan Anas keseluruh penjuru mata angin. Di tengah riuh rendahnya orang mempermasalahkan pernyataan “ini baru halaman pertama”, sekarang Anas masuk ke trik selanjutnya yakni mempersoalkan draf sprindik yang masuk angin. Sampai-sampai melalui pengacaranya, Anas meminta kepada KPK untuk menghentikan proses penyidikan terhadap dirinya. Hebatnya lagi, kasus yang disangkakan oleh KPK menjadi kabur ditimpa oleh kasus sprindik. Bahkan saat ini posisi sprindik yang masuk angin itu mengalahkan posisi Anas yang sesungguhnya di Hambalang. Padahal kita semua tau, bahwa persoalan sprindik ini telah ditangani oleh komite etik yang keberadaannya tidak kita ragukan.
LOGIKA TERBUKA dan bisa di analisa secara dangkal tanpa perlu mengeryitkan jidat untuk menganalisanya. Pertanyaannya, MUNGKINKAH KPK menjadikan Anas tersangka hanya gara-gara intervensi pemerintah?. Jika jawabannya iya, saya hanya mau menanyakan logika apa yang dipakai untuk melihat kasus ini. Di sisi lain, sebrutal itukah KPK dalam bertindak?. Sangat tidak mungkin kiranya. Di tengah kekurangan dan keteledoran pimpinan KPK selama ini, kita masih belum mengubur harapan besar kita kepada KPK untuk bisa mengarungkan para koruptor yang sampai sekarang masih berkeliaran di tengah-tengah kita.
Putar sana, putar sini, sepertinya mempercepat penyelesian kasus Anas dengan tetap mengikuti prosedur hukum yang berlaku menjadi satu solusi yang tepat untuk memecah kebuntuan ini. Ini adalah sebuah tindakan yang bijak di tengah derasnya tuntutan banyak pihak untuk mengungkap kasus korupsi yang ia ketahui. Sekalipun kasus ini terasa aneh. Kenapa seseorang yang bernama Anas yang juga relegius itu baru berkoar-koar setelah ia diberikan status sebagai tersangka?. Kalau benar ia mengetahui dan memiliki bukti yang bisa dipertangungjawabkan selama ini, kenapa baru sekarang mulutnya bisa berbicara dan menyadarinya. Jika kasus yang diangkat Anas itu benar adanya, tampak sekali ia telah menggunakan warisan kelemahan, kejelekan orang sebagai senjata ampuh untuk membuatnya bertahan. Sekalipun akhirnya ia terpaksa menjungkalkan dirinya sendiri sebagai akibat dari sangkaan yang diberikan kepadanya. Apakah perlindungan, tutup mulutnya seorang Anas tentang kasus yang ia ketahui selama ini tidak termasuk sebuah pelanggaran?.
Kepada Bapak Anas Urbaningrum yang katanya santun, anda punya ruang untuk melakukan perlawanan ini dengan mengungkap korupsi lain yang anda ketahui. Pertanyaannya, apa benar Anas Urbaningrum mantan ketua umum Partai Demokrat itu mempunyai halaman baru yang isinya juga baru?. Artinya di sini harapan banyak orang tentunya, data yang dimiliki oleh Anas berbeda dengan data yang digembar gemborkan oleh si Nazar dan sumber lainnya?. Jika data yang akan diungkap oleh Anas adalah data yang baru, maka tidak salah, ketika Anas mengatakan bahwa ini adalah baru halaman pertama untuk melihat dan membaca halaman yang lebih besar. Sekali lagi, kalau benar adanya, kita tentu meyakini bahwa, sikap dan strategi Anas selama ini tidak sedang atau dalam mencari belas kasihan orang atas perlakuan yang tidak adil kepadanya.
Sebaliknya, jika lagu lama yang diaransmen ulang oleh Anas, fakta akan bicara lain. Semua orang akan mencibir, dan kesimpulan yang dibuat oleh kebanyakan orang selama ini tak terbantahkan. Kenapa?, gosip yang dihembuskan Anas tidak lebih dari permainan retorika belaka. Ya ampun… tidak salah lagi, mantan ketua umum Partai Demokrat besutan SBY ini telah mengangkangi etika dan estetika untuk sebuah pencitraan.
Strategi Anas memang hebat. Lantunan tembangnya diyakini telah mengusik para petinggi negeri. Siapa yang berani menjamin bahwa SBY tidak terganggu dengan tembang Anas tanpa iringan ini. Siapa pula yang bisa menggaransi kalau Ibas tidak terganggu pikirannya. Maka salah besar kiranya kalau kita memprediksikan bahwa, keluarga besar Cikeas tidak ikut terusik dengan berita yang memang belum tentu kebenarannya. Ujian mahaberat ini memang lagi menimpa keluarga besar Cikeas dan partai Demokrat. Tapi kita tetap berkeyakinan, seorang negarawan besar yang juga presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bisa memposisikan dirinya dan tegak di tempat yang sesungguhnya.
Akhir kata, kepada segenap penghuni syah negeri ini, mari kita dukung dan berikan spirit pada KPK untuk menyelesaikan gawe besar ini dengan salah satu cara memberikan kenyamanan KPK untuk berbuat dan bertindak. Hentikan saling tuding, saling sikut secara terbuka. Kasus ini tidak akan pernah mereda. Jika anas diposisikan di atas angin, Ibas dibuat merinding dan masuk angin, kasian Bangsa ini. Tudingan yang harus diuji kebenarannya ini telah pula menyebabkan Pak Hatta Rajasa tidak berkonsentrasi, karena di tengah kesibukannya mengurusi Perekonomian Bangsa ini, ianya telah pula ikut latah menjawab dan membantah tudingan pada Bapak yang telah memberinya seorang cucu. Meminjam istilah Nurul Arifin politisi Golkar, kita berharap pada pengamat, para tokoh dan loyalis janganlah memadamkan api dengan bensin.
Pernyataan Anas tentang “ini baru halaman pertama”, yang ia sampaikan ketika ia menyatakan berhenti sebagai ketua umum Demokrat telah menjadi isu yang menggiurkan, terutama bagi orang yang selama ini memposisikan dirinya sebagai oposisi dan ketidaksukaan mereka pada rezim yang berjalan ini. Di sisi lain lambannya Anas mengungkap halaman berikutnya yang entah dilengkapi data atau tidak seperti disengaja. Anas itu memang cerdas memainkan pikiran banyak orang. Dan ia menegaskan pada publi bahwa ia tidak mau sendirian, Ia (sedikit) licik. Bayangkan saja, bertahannya ia di halaman pertama, tanpa kita sadari dia telah menggiring agar publik berdiri berdampingan dengan dia. Strategi Anas itu memang jitu. Bola liar ini sengaja digelindingkan Anas keseluruh penjuru mata angin. Di tengah riuh rendahnya orang mempermasalahkan pernyataan “ini baru halaman pertama”, sekarang Anas masuk ke trik selanjutnya yakni mempersoalkan draf sprindik yang masuk angin. Sampai-sampai melalui pengacaranya, Anas meminta kepada KPK untuk menghentikan proses penyidikan terhadap dirinya. Hebatnya lagi, kasus yang disangkakan oleh KPK menjadi kabur ditimpa oleh kasus sprindik. Bahkan saat ini posisi sprindik yang masuk angin itu mengalahkan posisi Anas yang sesungguhnya di Hambalang. Padahal kita semua tau, bahwa persoalan sprindik ini telah ditangani oleh komite etik yang keberadaannya tidak kita ragukan.
LOGIKA TERBUKA dan bisa di analisa secara dangkal tanpa perlu mengeryitkan jidat untuk menganalisanya. Pertanyaannya, MUNGKINKAH KPK menjadikan Anas tersangka hanya gara-gara intervensi pemerintah?. Jika jawabannya iya, saya hanya mau menanyakan logika apa yang dipakai untuk melihat kasus ini. Di sisi lain, sebrutal itukah KPK dalam bertindak?. Sangat tidak mungkin kiranya. Di tengah kekurangan dan keteledoran pimpinan KPK selama ini, kita masih belum mengubur harapan besar kita kepada KPK untuk bisa mengarungkan para koruptor yang sampai sekarang masih berkeliaran di tengah-tengah kita.
Putar sana, putar sini, sepertinya mempercepat penyelesian kasus Anas dengan tetap mengikuti prosedur hukum yang berlaku menjadi satu solusi yang tepat untuk memecah kebuntuan ini. Ini adalah sebuah tindakan yang bijak di tengah derasnya tuntutan banyak pihak untuk mengungkap kasus korupsi yang ia ketahui. Sekalipun kasus ini terasa aneh. Kenapa seseorang yang bernama Anas yang juga relegius itu baru berkoar-koar setelah ia diberikan status sebagai tersangka?. Kalau benar ia mengetahui dan memiliki bukti yang bisa dipertangungjawabkan selama ini, kenapa baru sekarang mulutnya bisa berbicara dan menyadarinya. Jika kasus yang diangkat Anas itu benar adanya, tampak sekali ia telah menggunakan warisan kelemahan, kejelekan orang sebagai senjata ampuh untuk membuatnya bertahan. Sekalipun akhirnya ia terpaksa menjungkalkan dirinya sendiri sebagai akibat dari sangkaan yang diberikan kepadanya. Apakah perlindungan, tutup mulutnya seorang Anas tentang kasus yang ia ketahui selama ini tidak termasuk sebuah pelanggaran?.
Kepada Bapak Anas Urbaningrum yang katanya santun, anda punya ruang untuk melakukan perlawanan ini dengan mengungkap korupsi lain yang anda ketahui. Pertanyaannya, apa benar Anas Urbaningrum mantan ketua umum Partai Demokrat itu mempunyai halaman baru yang isinya juga baru?. Artinya di sini harapan banyak orang tentunya, data yang dimiliki oleh Anas berbeda dengan data yang digembar gemborkan oleh si Nazar dan sumber lainnya?. Jika data yang akan diungkap oleh Anas adalah data yang baru, maka tidak salah, ketika Anas mengatakan bahwa ini adalah baru halaman pertama untuk melihat dan membaca halaman yang lebih besar. Sekali lagi, kalau benar adanya, kita tentu meyakini bahwa, sikap dan strategi Anas selama ini tidak sedang atau dalam mencari belas kasihan orang atas perlakuan yang tidak adil kepadanya.
Sebaliknya, jika lagu lama yang diaransmen ulang oleh Anas, fakta akan bicara lain. Semua orang akan mencibir, dan kesimpulan yang dibuat oleh kebanyakan orang selama ini tak terbantahkan. Kenapa?, gosip yang dihembuskan Anas tidak lebih dari permainan retorika belaka. Ya ampun… tidak salah lagi, mantan ketua umum Partai Demokrat besutan SBY ini telah mengangkangi etika dan estetika untuk sebuah pencitraan.
Strategi Anas memang hebat. Lantunan tembangnya diyakini telah mengusik para petinggi negeri. Siapa yang berani menjamin bahwa SBY tidak terganggu dengan tembang Anas tanpa iringan ini. Siapa pula yang bisa menggaransi kalau Ibas tidak terganggu pikirannya. Maka salah besar kiranya kalau kita memprediksikan bahwa, keluarga besar Cikeas tidak ikut terusik dengan berita yang memang belum tentu kebenarannya. Ujian mahaberat ini memang lagi menimpa keluarga besar Cikeas dan partai Demokrat. Tapi kita tetap berkeyakinan, seorang negarawan besar yang juga presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bisa memposisikan dirinya dan tegak di tempat yang sesungguhnya.
Akhir kata, kepada segenap penghuni syah negeri ini, mari kita dukung dan berikan spirit pada KPK untuk menyelesaikan gawe besar ini dengan salah satu cara memberikan kenyamanan KPK untuk berbuat dan bertindak. Hentikan saling tuding, saling sikut secara terbuka. Kasus ini tidak akan pernah mereda. Jika anas diposisikan di atas angin, Ibas dibuat merinding dan masuk angin, kasian Bangsa ini. Tudingan yang harus diuji kebenarannya ini telah pula menyebabkan Pak Hatta Rajasa tidak berkonsentrasi, karena di tengah kesibukannya mengurusi Perekonomian Bangsa ini, ianya telah pula ikut latah menjawab dan membantah tudingan pada Bapak yang telah memberinya seorang cucu. Meminjam istilah Nurul Arifin politisi Golkar, kita berharap pada pengamat, para tokoh dan loyalis janganlah memadamkan api dengan bensin.
0 comments:
Post a Comment