Aksi konfrontasi Korea Utara memasuki fase puncak. Negara tersebut resmi mengumkan negara dalam kondisi perang terhadap Korea Selatan. Pernyataan kali ini resmi dimulainya kembali perang di Semenanjung Korea.
''Sekarang hubungan antar Korea memasuki keadaan perang,'' demikian pernyataan resmi Korut yang disiarkan lembaga pemberitaan di Pyongyang, dan dilansir kanal berita Aljazirah, Sabtu (30/3).
Pyongyang mengatakan, sejak pernyataan ini dikeluarkan, hubungan dua negara bebuyutan itu harus menggunakan protokol dan hukum perang. Belum ada reaksi apapun dari Korsel dan internasional terkait undangan perang dari Korut ini. Namun tentu saja, hal ini akan memicu aksi mematikan di Semenanjung Korea.
Seperti diketahui, kedua negara serumpun ini memang tidak pernah membalut diri dalam pakta perdamaian. Korut enggan meninjaklanjuti pakta gencatan senjata penghentian Perang Korea 1953 silam, menjadi pakta perdamaian untuk mengakhiri peperangan. Alih-alih berdamai, Pemimpin Korut Kim Jong-un malah enteng 'mengoyak' perjanjian gencatan senjata antara Korut dan Korsel serta Amerika Serikat (AS) tersebut.
Jong-un marah lantaran tetangganya itu ikut-ikutan bersama AS dalam memberi sanksi baru atas aktivitas nuklir Korut. Jong-un juga murka dan mengancam Paman Sam dengan ancaman hujan bom atom di wilayahnya. Ancaman itu adalah konfrontasi terkeras dari Pyongyang untuk AS.
Jumat (29/3) waktu setempat, Jong-un memerintahkan agar jajaran rudal jarak jauhnya digeser ke arah pangkalan militer AS di kawasan Pasifik. Rudal yang dicurigai Korsel dan AS sebagai senjata nuklir itu, sejak lama sudah mengarah ke Ibu Kota Korsel, Seoul.
''Sekarang hubungan antar Korea memasuki keadaan perang,'' demikian pernyataan resmi Korut yang disiarkan lembaga pemberitaan di Pyongyang, dan dilansir kanal berita Aljazirah, Sabtu (30/3).
Pyongyang mengatakan, sejak pernyataan ini dikeluarkan, hubungan dua negara bebuyutan itu harus menggunakan protokol dan hukum perang. Belum ada reaksi apapun dari Korsel dan internasional terkait undangan perang dari Korut ini. Namun tentu saja, hal ini akan memicu aksi mematikan di Semenanjung Korea.
Seperti diketahui, kedua negara serumpun ini memang tidak pernah membalut diri dalam pakta perdamaian. Korut enggan meninjaklanjuti pakta gencatan senjata penghentian Perang Korea 1953 silam, menjadi pakta perdamaian untuk mengakhiri peperangan. Alih-alih berdamai, Pemimpin Korut Kim Jong-un malah enteng 'mengoyak' perjanjian gencatan senjata antara Korut dan Korsel serta Amerika Serikat (AS) tersebut.
Jong-un marah lantaran tetangganya itu ikut-ikutan bersama AS dalam memberi sanksi baru atas aktivitas nuklir Korut. Jong-un juga murka dan mengancam Paman Sam dengan ancaman hujan bom atom di wilayahnya. Ancaman itu adalah konfrontasi terkeras dari Pyongyang untuk AS.
Jumat (29/3) waktu setempat, Jong-un memerintahkan agar jajaran rudal jarak jauhnya digeser ke arah pangkalan militer AS di kawasan Pasifik. Rudal yang dicurigai Korsel dan AS sebagai senjata nuklir itu, sejak lama sudah mengarah ke Ibu Kota Korsel, Seoul.
0 comments:
Post a Comment