Home » , » Itu Bukan Saya

Itu Bukan Saya

Membaca beberapa posting yang menyindir fenomena Ustadz yang berlagak celebritis, dari mulai penggunaan manajer, pasang tarif bahkan DP, syarat fasilitas wah dan lain sebagainya. Ada juga yang menyebut dengan jargon ‘komersialisasi ustadz’ yang nampaknya saat ini mulai marak. Apalagi dengan kemudahan dunia maya, maka branding ustadz akan mudah tersebar begitu saja. Jika ada seorang ustadz yang tampil di layar kaca dengan begitu memukau, lalu disusul dengan pemberitaan media maya yang massif, maka akan dipastikan ustadz tersebut akan segera populer dengan sendirinya. Bukan rahasia pula banyak ustadz-ustadz ‘lahir’ setelah tayangan intensif di bulan Ramadhan. 

Mungkin memang ada yang salah dengan televisi dan penonton kita. Namun selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa dan kondisi. Kita perlu mencoba memahami aneka ragam tipe ustadz dari sisi betapa ragamnya juga masyarakat kita dalam mengenal islam. Setiap orang membutuhkan dakwah, dan setiap dakwah harus mempunyai seni dan prioritas segmen yang beragam. Karena ada orang yang sejak kecil tertanam kuat kecintaan dan pendidikan islami, namun ada juga yang hingga dewasa tak kunjung jua memulai mengaji a ba ta tsa. Bukan hanya ragam manusianya, mungkin juga keragaman lingkungan dan kondisi di sekitarnya. Mari kita sedikit mengejanya.

Ada ustadz kampung yang bersahaja keliling desa menebarkan dakwah yang sederhana. Dari mulai pengajian warga, khitanan, aqiqahan dan walimahan ia siap berbagi nasehat. Ceramahnya terasa akrab dan renyah karena biasanya dibawakan dengan bahasa setempat. Pakaiannya pun tak jauh berbeda dengan jama’ahnya. Kendarannya bisa jadi kuda besi beroda dua, atau yang semacamnya. Materinya tak jauh dari ibadah dan akhlak sebagai bekal untuk dibawa mati. Keahlian memimpin doa dan shalawat mutlak diperlukan karena termasuk dari inti acara.

Ada ustadz kantoran yang tampil rapi dan siap berbagi nasehat di instansi, menyebarkan nilai islami rahmatan lil alamin di kalangan birokrat, eksekutif muda dan karyawan. Mengingatkan indahnya islam dari setiap sisi kehidupan. Memberikan solusi Islam atas setiap permasalahan yang diajukan. Materi terkadang disampaikan dengan powerpoint yang rapi dan menarik. Istirahat siang di perkantoran menjadi saat yang menyegarkan.

Ada ustadz kajian yang mempunyai jadwal rutin dari masjid ke masjid, atau pesantren ke pesantren. Dengan bahasa yang lugas dan tegas, mengkaji berbagai khazanah keilmuan islam khususnya dari kitab-kitab yang klasik. Mereka mempunyai jamaah setia tersendiri yang bersemangat mengikuti secara rutin. Pendengarnya pun hampir dipastikan membawa buku catatan dan aktif bertanya setelah usai pengajian. Dalil Quran, hadits dan perkataan ulama menjadi bahan utama kajian, diselingi dengan kisah-kisah ulama dan siroh agar lebih menarik.

Ada ustadz kampus dan akademisi, yang sering terbang kesana kemari untuk mengisi perkuliahan, atau seminar dan workshop di berbagai forum maupun universitas. Tidak cukup hanya modal presentasi, namun terkadang dilengkapi dengan makalah dengan berbagai macam referensi. Materi yang dibawakan adalah isu-isu kontemporer dan bagaimana penyikapan terbaik yang diwacanakan. Gagasan dan ide brilian juga tersebar dalam buku dan tulisan opini di koran-koran.

Ada ustadz trainer dan motivator, yang dengan kepiawaiannya dalam mengolah kata dan bercerita, didukung dengan tampilan multimedia yang unik dan menarik, mereka berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Menasehati dan mengajak pendengarnya untuk mampu berprestasi dalam setiap bidang kehidupannya. Para peserta terlihat begitu antusias dan bersemangat, dan terkadang diadiri dengan kontemplasi yang mengharukan dan mengisakkan tangis tanpa disadari.

Ada ustadz layar kaca, yang biasa membawakan acara di televisi secara rutin, dan masing-masing mempunyai gaya khas dan menarik, sehingga membuat banyak penonton terkesan dan terkesima. Tuntutan wilayah garap membuat penampilan ustadz ini agak terasa berbeda, bahkan terkadang selalu dalam incaran infotainment yang siap membuka setiap sisi kehidupannya. Mereka harus gaul karena berhadapan dengan banyak jenis manusia, dari mulai artis cantik, pejabat, penyanyi dan sebagainya. Lawakan dan joke yang muncul menjadi salah satu yang diandalkan, sambil sesekali mengambil makna dan hikmah yang tersirap diantaranya.

Sahabat Indonesia yang selalu Optimis, tentu saja pembagian di atas bukan hal yang serius atau bisa dipertahankan dengan hujjah. Tulisan ini hanya sekedar asumsi belaka yang sangat mungkin berbeda dengan realitanya. Semangat yang ingin diambil adalah bagaimana mencoba ‘berhusnudzhon’ dengan fenomena yang ada, agar tidak saling menyalahkan dan bersitegang, namun mencoba saling menghargai dengan wilayah garap masing-masing yang mungkin teramat jauh berbeda.

Dari Berbagai Sumber

0 comments:

Post a Comment